Sabtu, 18 Februari 2012

PostHeaderIcon canting cantiq


Cerita novel ini sangat biasa, tentang seorang cewek kaya raya, anak  seorang pengusaha, cantik, modis, fashionable, manja, lalu kemudian kehidupannya berubah 180 derajat karena sang ayah gulung tikar. Kita bisa temukan cerita serupa di berbagai novel teenlit lainnya, yeah.
Novel ini juga mengingatkan saya pada The Devils Wears Prada -film yang diperankan oleh aktris senior Meryl Streep dan Anne Hathaway- karena temanya tentang Fashion Designer. Mengangkat soal kebaya dan batik,  itulah yang ingin disampaikan Dyan kepada kita. Dijelaskan bagaimana batik menjadi suatu maha karya yang sangat bernilai. Tentang nilai sebuah kreativitas, bahwa suatu karya menjadi mahal dan berharga karena proses pembuatan dan ide kreatif sang maha karya.
Melanie Adiwijoyo, bercita-cita menjadi seorang model internasional dan sangat ingin menjejakan kakinya sebagai seorang model di kota fashion, Paris. Ia sangatconcern akan penampilan. Ia tidak segan-segan mengkritik outfit yang dikenakan seseorang. Melanie merupakan putri tunggal pengusaha mebel ternama, Aryo Adiwijoyo. Diusia kanak-kanak sang ibu telah pergi meninggalkannya, dan diusia 18 tahun menyusul ayahnya yang meninggal karena serangan jantung. Disaat usaha ayahnya mengalami kebangkrutan.
Hal itulah yang menyebabkan Melanie akhirnya harus tinggal di rumah Eyangnya di Jogja. Di Jogja, Melanie tinggal di satu rumah kos milik Eyangnya, rumah itu bernama SODA124 (dibaca jadi SODARA). Sejak tinggal di rumah Eyangnya, Melanie harus membiasakan diri mengubah gaya hidupnya. Tidak ada lagi pembantu yang melayaninya. Ia harus mencuci baju, mencuci piring, bersih-bersih rumah, semuanya ia lakukan sendiri tanpa ada yang membantu. Melanie sempat shock dengan keadaan itu, ditambah lagi ia awalnya tidak suka dengan para penghuni kos. Ada Dido cowok berkacamata tebal yang rambutnya persis tokoh kartun Fido Dido. Saka, cowok yang suka berpakaian tradisional. Dara, gadis yang rambutnya di-highlight pink. Aiko, gadis berwajah oriental yang suka memakai minyak telon, Jhohny yang berambut kribo, Ipank pemuda pecinta alam yang temperamental, serta Bima cowok ganteng yang pendiam.
Sampai akhirnya Melanie bertemu dengan Fashion Designer terkemuka, Aryati Sastra. Aryati lah yang melihat potensi Melanie di bidang fashion. Berkat ajaran Aryati serta dukungan semangat dari Bima, Aryati akhirnya menjadi seorangFashion Designer dan memiliki label sendiri untuk hasil karyanya.
Sebuah novel manis yang sangat ringan dan mudah dipahami. Dialognya yang cerdas dan lucu membuat pembaca tidak bosan membaca novel ini. Kisah cinta Bima dan Melanie juga manis sekali. Canting Cantiq saya beri nilai 7/10. Dan diakhir cerita kalian akan menemukan jawaban mengapa novel ini diberi judul Canting Cantiq.

0 komentar:

Posting Komentar

Watermelon

About Me

Foto Saya
Siti Hardianti Handayani
Lihat profil lengkapku

KAMU YANG KE -

clock

Followers