Selasa, 27 Oktober 2015

PostHeaderIcon SURVEI GAJI 2015

ALL INDUSTRIES


 LEVEL
MIN
MEDIAN
MAX
2014
2015
2014
2015
2014
2015
Executives
1194.336
1306.604
1492.920
1633254
2388.672
2369.219
Sr. Mgmt
680.959
744.969
851.199
931.212
1361.918
1350.257
Mgmt
343.690
375.996
429.612
469.995
687.379
681.493
Profesional
99.053
108.364
123.816
135.455
198.106
196.409
Entry Level
49.791
54.472
62.239
68.090
99.583
98.730

OIL & GAS

Rabu, 14 Oktober 2015

PostHeaderIcon UPAYA MENJADI RUMAH SAKIT BERLAYANAN PRIMA

UPAYA MENJADI RUMAH SAKIT
BERLAYANAN PRIMA


Agar dapat memberikan layanan berkualitas dan lebih menjaga keamanan pasien, Eka hospital sejak awal berdiri langsung melengkapi diri dengan Sistem Informasi untuk Rumahn Sakit yang terintegrasi. Bagaimana penerapannya dan apa manfaatnya?

A. Mohammad B.S
M

engelola rumah sakit (RS) bukan sekedar mengurus staf medis dan pasiennya. Kompleksitas bisnisnya tak kalah dibandingkan bisnis di bidang lain. Bahkan, mungkin lebih kompleks karena terkait keselamatan sang pasien, serta aspek etika dan moral yang menyertainya. Maka,pemimpin RS yang berpikiran maju akan mengelola bisnisnya secara sistematis terutama dengan pemanfaatan Sistem Informasi untuk RS (Hospital Information System/HIS). Salah satu contohnya adalah Eka Hospital. Menurut penjelasan Hasan WIdjaja, Direktur Operasional Eka Hospital, ketika mulai beroperasi pada Agustus 2008, kedua rumah sakit Eka Hospital – di kawasan Bumi Serpong Damai, Tangerang, Banten, dan di jl. Soekarno – Hatta, Pekanbaru, Riau – sudah mengadopsi praktik e-health dengan mengimplementasikan HIS secara integritas
Dikatakan Hasan, sebelum beroperasi pihaknya mempersiapkan TI pendukungnya, dengan melakukan benchmarking dan pencarian solusi yang tepat. HIS yang diimplementasikan Eka Hospital diperoleh dari vondor bernama Novatara dari Singapura.
Dalam waktu setahun sistem tersebut sudah go live. HIS sebenarnya bukanlah solusi yang sifatnya menyuruh dari back-end ke front-end seperti halnya solusi Enterprise Resource Planning (ERP) yang biasa digunakan perusahaan nonrumah-sakit. Pasalnya, masih ada sejumlah aplikasi lain, seperti Laboratory Information System (PACS), termasuk sistem back-end (operasional dan administrasi bisnis) yang tidak masuk dalam paket HIS yang ditawarkan vendor. Di Eka Hospital, aplikasi LIS dan RIS menggunakan vendor berbeda. Adapun untuk sistem back-end (mencakup finance, material management untuk purchasing, dan HR), menggunakan SAP. Kendati begitu, berbagai aplikasi tersebut sudah saling terhubung (terintegrasi), dengan menggunakan interface.
            Hasan mengatakan, secara garis besar HIS mencakup tiga aplikasi besar. Pertama, Layanan Administrasi (frontline service), yang mencakup pendaftaran, kasir, perjanjian, dan sebagainya. Kedua, Layanan Medis (clinical services), yang mencakup order obat, order lab, rekam medis, dan sebaginya. Ketiga, Reporting,

TEKNOLOGI INFORMASI
Berupa laporan hasil kegiatan-kegiatan tersebut. “Umumnya, HIS yang sudah berjalan di rumah sakit – rumah sakit yang ada di Indonesia hanya mencakup aplikasi administrasi dan reporting. Sedangkan di Eka Hospital sudah mencakup semuanya. Hasil medical record pun dapat diketahui secara online dan real-time, “ ujar Hasan dengan bangga.
            Dengan menerapkan sistem informasi manajemen rumah sakit tersebut, alur kerja di Eka Hospital diklaimnya lebih efisien dan teratur secara sistematis. Dan, pastinya, mengurangi penggunaan kertas. Jangan heran, di Eka Hospital tidak akan dijumpai petugas rekam medis yang biasanya pagi-pagi, sebelum poliklinik buka, membawa kereta dorong berisikan rekam medis, yang akan diserahkan ke poliklinik tersebut. “Eka Hospital, semua rekam medis pasien sudah ada di sistem. Sudah computerized. Dokter akan
melakukan diagnosis dan sebagainya secara elektronik, “ kata Hasan.
Jadi, ketika seorang pasien akan berobat ke Eka Hospital, ia membuat janji – melalui telepon, Blackberry Messenger, atau  website. Pasien lama hanya perlu rekonfirmasi, karena datanya sudah tercatat. Ketika mendaftar, pasien mesti mengisi data dan menyerahkan fotokopi identitas (KTP).

EKA HOSPIAL
Semua rekam medis pasien sudah ada di sistem. Dokter akan melakukan diagnosis dan sebagainya secara elektronik.

Nantinya, data tersebut akan langsung masuk ke aplikasi appointment, lalu dikirim ke Nurdi Stationment, akan mengeluarkan nomor

 

TENTANG HOSPITAL
INFORMATION SYSTEM (HIS)


Merupakan sistem informasi rumah sakit, yang memungkingkan data mengalir secara elektronis, sehingga pelayanan kepada pasien dapat dilakukan dengan lebih cepat, akurat dan aman.



HISpertama kali diperkenalkan pada tahun 1960, dan telah berevolusi dengan waktu dan modernisasi fasilitas kesehatan. Di AS, pada 1980-an, HIS berkembang pada tahap yang lebih lanjut dengan fokus pada produktivitas. Sekarang HIS mencangkup integrasi dari semua aplikasi klinis keuangan dan administrasi.




Dari sisi manajemen, HIS berperan dalam mengatur data keuangan, material dan urrusan teknis seperti sistem kepegawaian, pembayaran (tagihan) ke pasien, dan perencanaan strategi. Dan sisi pasien, HIS berfungsi untuk mengelola data inpatient dan outpatient serta mengelola data medis pasien yang meliputi perawatan, diagnosis, dan terapi.

 urut antrean bagi pasien. Bagi pasien rawat jalan, mereka bisa mengetahui siapa dokternya dan apakah sang dokter sudah hadir atau belum, cukup di ruang pendaftaran depan.
            Data dari aplikasi appoinment itu juga langsung terhubung ke aplikasi dokter, sehingga dokter bisa tahu siapa saja pasiennya. Jika pasien itu pernah berobat ke Eka Hospital, ada riwayat kesehatan yang akan dibaca dulu oleh dokternys.
            Keluhan pasien, penyakit, hingga obat yang akan diberikan, semuanya di-input dokter ke dalamsistem – tidak lagi ditulis di secarik kertas. Jika pasien itu memerlukan pemeriksaan lab atau radiologi, dokter langsung mengentri data lab atau radiologi, tidak perlu lagi membawa kertas hasil pemeriksaan dokter. Sebab, disana sudah ada data apa saja yang mesti diperiksa, misalnya Mri dan CTIscan. Setelah semua diperiksa, dokter pun bisa melihat hasilnya di sistem. “Hasil pemeriksaan tersebut tidak terpecah-pecah, tetapi teronsolidasi di sistem. Hasil itu langsung terhubung pula ke sistem pembayaran, “kata Hasan. Jadi, begitu pasien membayar, datanya terkirim ke sistem backend untuk diproses di aplikasi keuangan.
            Menurut Hasan, rekam data pasien yang menggunakan Electronic Medical Record (EMR) yang diterapkan di Eka Hospital itu tentunya diharapkan dapat mengurangi kesalahan manusia (human errors) dalam pelayanan kepada pasien (patient safety). Di samping itu, memungkinkan pula pemberian layanan kesehatan yang lebih cepat. EMR berisikan database pasien dan Sistem Order Elektronik (Electronic Ordering System) yang tersentralisasi. Lewat EMR, bisa diketahui bagaimana kondisi drug interaction. Jika seorang pasien Eka Hospital, misalnya, alergi pada parasetamol, dan suatu saat datang lagi berobat bertemu dokter berbeda yang lalu memberikan parasetamol, sistem akan secara otomatis memberikan drug alert bahwa pasien ini slergi dengan parasetamol.
            Bila tanpa EMR, mungkin saja dokter memberikan resep yang terbaca dengan baik oleh pihak farmasi/apotek. Dengan EMR, pihak farmasi tidak perlu membaca lagi dan lebih mudah menginterpresentasikan resep yang diketik berikut takaran obat yang diminta dokter.
            Tak hanya itu, mengingat kedua rumah sakit Eka Hospital sudah terhubung secara online, transfer rekam medis pasien antarcabang RS ini dapat dilakukan secara online dan real time. Misalnya, orang yang pernah menjadi pasien Eka Hospital Pekanbaru sedang berkunjung ke Jakarta dan kebetulan sakit m lalu datang ke Eka Hospital BSD, maka  ia tidak perlu membawa catatan untuk diberikan kepada dokter. Sebab, dat rekam medisnya dapat dilihat di Eka Hospital BSD.
            Sebagai layanan tambahan, saat ini Eka Hospital juga memiliki layanan e-Medical Consult atau layanan telemedicine, bekerja sama dengan Mayoa Clinic, Amerika Serikat. Selain itu, Eka Hospital juga mengembangkan pusat layanan terpadu(center of excellence). Tak mengherankan, hanya dalam waktu dua tahun beroperasi, persisnya 11 Desember 2010, Eka Hospital BSD mendapatkan akreditasi internasional yang diterbitkan oleh joint

“Umumnya, HIS yang sudah berjalan di rumah sakit- rumah sakit yang ada di Indonesia hanya mencakup aplikasi administrasi dan reporting. Sedangkan di Eka Hospital sudah mencakup semuanya. Hasil medical record pun dapat diketahui secara online dan real time.”
HASAN WIDJAJA.
Commision internasional, sebagai badan resmi dunia untuk standarisasi rumah sakit internasional.
            Kendati begitu, diakui Hasan , proses penerapan HIS tidak segampang mengembalikan telapak tangan. Kesulitan terutama memperkenalkan solusi tersebut kepada para dokter. Jadi, tantangannya dalam hal charge management, bagaimana mengubah kultur kerja para dokter yang terbiasa berbasis kertas menjadi terbiasa mengetik di komputer. “Yang tersulit adalah membuat para dokter menggunakan komputer. Karena, bagi mereka lebih mudah dan praktis menulis di kertas. Terutama, mereka berasal dari RS lain, yang sebelumnya terbiasa bekerja secara manual, “ungkapnya seraya tersenyum.
            Secara keseluruhan jumlah dokter di Eka Hospital  sekitar 200 orang (termasuk dokter spesialis). Dari jumlah itu, 80% merupakan dokter full time atau dokter yang hanya kerja di Eka Hospital. Adapun sisanya merupakan dokter paruh waktu, yang juga bekerja di RS lain.
            Sejak awal rekrutmen, para dokter ini sebenarnya sudah diminta menggunakan komputer. Namun, tentu saja tidak semua dokter dapat langsung klop dengan sistem baru tersebut. Apalagi , dokter – dokter senior (sepuh) yang umumnya kurang dekat teknologi , “ini bukan masalah penolakan, tetapi lebih kepada kebiasaan,” ungkap Hasan. Ia menceritakan, ada dokter yang bilang, “saya kalau ngetik lama lho, sebab selama ini saya tidak pernah pakai komputer, “ ujar Hasan menirukan. Lalu, seperti apa solusinya ?
            Menurutnya pihaknya tak bisa memaksa. “kami tidak bisa bilang kepada dokter,’Dok, ini kami punya satu sistem baru. Dokter harus pakai ya. Nanti kami ajarkan,”ungkapnya. Pihaknya lebih memilih bagaimana merangkul dan menjadikan mereka sebagai mitra dengan menujukan bahwa sistem ini bermanfaat dan sangat membantu pekerjaan mereka.
            Sebelum praktik, terlebih dulu kepada para dokter ini diberikan pelatihan dan pendampingan tentang cara penggunaan sistem EMR.ntak hanya itu, berdasarkan masukan dari para dokter, tim TI Eka Hospital pun memfasilitasi mereka agar lebih mudah dan cepat dalam bekerja. Misalnya, dengan membuat berbagai template, yang tinggal diisi.
            Ke depan, beberapa rencana pengembangan TI yang akan dilakukan di Eka Hospital pada dasarnya lebih kepada upaya peningkatan kualitas layanan kepada pasien. “Misinya adalah bagaimana meningkatkan customer sevice dan medical outcome yang berkualitas, “hujar Hasan.

PostHeaderIcon XIAOMI

X
iaomi mendapatkan moment penjualan paling fantastis di Indonesia. Ponsel buatan Tiongkok yang sedang happening di negaranya itu berhasil terjual 15 ribu unit dalam waktu 10 menit!
Merek Xiaomi dijual melalui situs online Lazada. Melalui cara penjualan flash sale, dimana pembelin hanya diberi waktusingkat untuk melakukan pembelian , maka banjir pembelian pun terjadi. Tentu saja penjualan yang habis dalam waktu 10 menit tersebut hanya bisa dilakukan lewat online. Ini berbeda dengan rekor-rekor penjualan ponsel sebelumnya seperti Nexian maupun Blackberry yang membutuhkan waktu berjam-jam untuk habis karena adanya antrean di toko.
                Menjadi salah satu pemilik merek ponsel yang pertama seperti menjadi gengsi bagi konsumen . Apalagi launching ponsel selalu disertai diskon “gila-gilaan”. Namun, ambisi ini makin termanjakan dengan adanya internet. Konsumen mudah mencari-cari di internet dan kemudian membeli melalui sentuhan jari saja.
                Kedekatan konsumen dengan dunia online menjadi salah satu ciri saja perilaku konsumen yang terlihat berbeda akhir-akhir ini. Pertumbuhan internet di Indonesia yang semaki dahsyat memang menciptakan konsumen yang mulai memilih belanja online sebagai salah satu cara berbelanja. Selain itu juga ada beberapa perubahan perilaku yang mewarnai konsumen Indonesia, sehingga para marketer pun perlu mewaspadai perubahan ini dengan baik.
                Apa sebenarnya yang melatarbelakangi konsumen Indonesia mengalami perubahan perilaku? Sepuluh tahun yang lalu, Handi Irawan, beberapa perilaku dalam buku tersebut akan mengalami perubahan di masa mendatang. Jika dahulu konsumen Indonesia tidak sadar lingkungan dan tidak peduli lingkungan, maka pada masa sekarang konsumen sudah mulai memilih makanan yang sehat dan memerhatikan lingkungan dalam memilih produk.
                Perubahan demografi adalah salah satu pendorong terjadinya perubahan perilaku konsumen Indonesia. Dalam 10 tahun terakhir ini terjadi perubahan demografi di Indonesia. Semakin meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat Indonesia menciptakan masyarakat baru di Indonesia, seperti kelas menengah yang semakin besar,meningkatnya kelompok-kelompok produktif, dan berkurangnya tingkat kelahiran.
                Pendapatan masyarakat semakin besar di satu sisi memang terlihat baik. Namun di sisi lain, semakin tingginya kemakmuran masyarakat di sebuah Negara menciptakan berbagai penyakit baru. Bila pada saat Negara masih miskin, penyakit-penyakit seperti cacar dan muntaber menjadi penyakit yang dominan. Namun saat Negara makin makmur, penyakit-penyakit modern menjadi dominan seperti stoke, jantung, kanker, AIDS, dan lain-lain. Jangan heran jika Anda akan menemukan jenis-jenis penyakit baru di masa mendatang.
                Selain demografi, perubahan teknologi juga menjadi penyebab terjadinya perubahan perilaku konsumen. Yang banyak terlihat adalah masuknya internet dalam keseharian konsumen. Kini konsumen merasa tidak bisa hidup tanpa bantuan internet. Konsumen bahkan merasa terdorong untuk bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain melalui internet. Konsumen juga semakin percaya bahwa internet menjadi saluran komunikasi dan distribusi dabi produk-produk yang mereka inginkan.
                Sebetulnya internet tidak hanya menjadi satu-satunya perubahan
Teknologi yang muncul di masyarakat. Teknologi seperti biotechnology dan medical technology membuat konsumen semakin percaya terhadap teknologi yang mengatur dan membantu kehidupan mereka.
                Faktor lain yang akan mengubah perilaku konsumen adalah masalah lingkungan. Kerusakan lingkungan yang semakin parah, isu global warming, dan sulitnya mendapatkan sumber daya alam perlahan akan membuat konsumen semakin sadar lingkungan. Harus diakui, perhatian konsumen di Indonesia terhadap lingkungan sampai sekarang masih terbilang minim. Namun, adanya tekanan dan policy dari pemerintah serta keadaan lingkungan yang dirasakan akan memaksa konsumen untuk sadar terhadap lingkungan.
                Salah satu masalah yang dihadapi konsumen adalah sampah yang semakin menumpuk. Manajemen sampah akan menjadi masalah di tiap rumah tangga sehingga konsumen akan mulai berpikir untuk membeli produk-produk daur ulang dan tidak terbebani sampah. Salah satunya dilakukan juga dengan mengurangi konsumsi plastic dan material lain yang tidak langsung hancur oleh tanah.
Online Consumers
                Konsumen baru di Indonesia akan semakin menjadi konsumen online. Para marketer nantinya tidak lagi melakukan segmentasi pasar secara tradisional, namun mereka harus berpikir bagaimana membagi segmen konsumen secara online. Berdasarkan hasil survey, orang-orang yang berusia mapan akan semakin banyak melakukan belanja online. Jika dulu belanja online didominasi oleh kelompok muda, kini kelompok 30 tahun ke atas semakin banyak berbelanja online. Itu artinya pasar online pun akan semakin membesar dan

Marketer harus mulai berpikir memindahkan sebagai channel mereka ke online
Connected Consumers
                Konsumen baru akan selalu merasa terhubung dengan orang lain. Mereka selalu merasa terhubung dan ingin terhubung dengan orang lain. Mereka selalu meminta rekomendasi dari orang lain ketika membeli produk atau merek. Mereka juga terbiasa membagi sesuatu. Connect dan share menjadi bagian dari kehidupan konsumen. Oleh karenanya mareketer tidak boleh melihat konsumen sebagai satu konsumen, tetapi merupakan satu jaringan yang terhubung dengan konsumen lain. Termasuk juga adaptasi dengan budaya lain secara mudah dan cepat dapat dilakukan konsumen.
Long Term Consumers
                Konsumen baru di Indonesia semakin terinformasi dengan baik akan hal-hal yang mungkin terjadi di masa depan. Konsumen lebih bisa memprediksi sesuatu sehingga merasa membutuhkan persiapan jangka panjang. Apalagi pendapatan konsumen Indonesia juga semakin meningkatkan sehingga pengeluaran untuk hal-hal yang bersifat jangka panjang bisa mereka lakukan. Pertumbuhan penggunaan asuransi yang meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa konsumen makin melihat jangka panjang.
Loping Consumers
                Konsumen mudah berpindah-pindah dari satu hal ke hal lain. Ini dikarenakan teknologi memudahkan mereka untuk melihat-lihat serta berpindah dari satu Window ke window yang lain. Akibatnya dalam keseharian mereka semakin sulit menjadi loyal, terbiasa multitasking, dan cenderung mencoba berbagai merek karena rekomendasi orang lain. Lihat saja merek Xiaomi yang tiba-tiba melejit dan banyak dibeli konsumen Indonesia. Padahal sebelumnya kita tidak pernah mengenal merek ini. Di masa mendatang akan timbul-tenggelam merek-merek baru, dan marketer harus mengantisipasi hal ini.
Health Conscious Consumers
                Konsumen baru Indonesia akan mempertimbangkan kesehatan sebagai salah satu faktor dalam memilih produk. Berkembangnya outlet-outlet modern akan semakin mengakomodasi kebutuhan konsumen akan produk yang menyehatkan. Sekalipun mungkin konsumen tidak paham benar soal kandungan produk yang sehat dan tidak, namun konsumen membutuhkan komunikasi soal “sehat” di dalam produk yang akan mereka beli. Demam lari dan bersepeda juga menjadi contoh bahwa konsumen Indonesia semakin sadar akan kesehatan.
Environmental Friendly Consumers

                Benarkah konsumen Indonesia peduli lingkungan? Banyak yang masih pesimistis soal ini. Dalam hal lingkungan, konsumen Indonesia belum sampai tahap tidak membeli produk-produk yang tak ramah lingkungan, tetapi mereka akan mulai berpikir soal efisien dan penghematan sumber daya. Misalnya, ketika membeli mobil, mereka akan berpikir soal bagaimana mengirit bahan bakar kendaraan. Konsumen juga mulai memilih produk-produk yang hemat listrik dan makan dengan bungkusan yang praktis dan tidak menghabiskan tempat.
Watermelon

About Me

Foto Saya
Siti Hardianti Handayani
Lihat profil lengkapku

KAMU YANG KE -

clock

Followers