Rabu, 24 Oktober 2012

PostHeaderIcon Sambungan ke 4 Lakon Beruang Penagih Hutang (The Bear/The Boor) Karya Anton Pavlovich Chekhov Terjemahan Landung Simatupang


YULI (Datang Dengan Pandangan Luruh)
Tuan, saya sungguh tidak terbiasa selama beberapa waktu ini, mendengar suara manusia.
sayaingin hidup menyepi. Dan saya tidak tahan mendengar teriakan. Saya mohon dengan
hormat dan sangat, janganlah tuan mengganggu ketenteraman saya.

TAMU 
Bayar utang nyonya, dan saya segera pergi.

YULI 
Sudah saya katakan kepada tuan dengan bahasa yang jelas dan lugas  saat ini saya tidak
pegang uang, tunggulah sampai lusa.

TAMU 
Dan dengan rasa hormat yang sebesar-besarnya telah saya katakan dengan bahasa yang jelas
dan lugas pula  saya butuh uang hari ini, bukan lusa.

YULI 
Tapi apa yang bisa saya lakukan kalau saya tidak punya uang untuk melunasi tuan?

TAMU 
Jadi nyonya tidak mau membayar sekarang juga ?

YULI
 Saya tidak bisa.

TAMU 
Kalau begitu, ya saya akan terus tinggal disini. saya akan terus duduk disini sampai uang
saya dikembalikan.

(Duduk),

jadi.. nyonya mau bayar lusa. Baik, saya akan duduk begini
ini sampai lusa

(Terlonjak Tiba-Tiba)

hei! Tapi dengarlah  saya kan harus membayar angsuran besok pagi ? Ya tidak ?!! Apa nyonya pikir saya cuma melucu, bikin-bikin ?!

YULI 
Saudara saya mohon tidak berteriak-teriak, ini bukan kandang kuda !

TAMU 
Saya tidak hanya soal kandang kuda, tapi besok saya kan harus bayar angsuran dua macam !
ya apa tidak !

YULI 
Saudara ini tidak tahu bagaimana seharusnya berbicara dihadapan seorang wanita.

TAMU 
Tahu ! aku tahu benar bagaimana harus berperilaku di hadapan wanita

YULI 
Sama sekali tidak ! saudara kasar dan tidak tahu sopan santun sama sekali, pria baik-baik
tidak bicara dengan bahasa semacam itu dengan wanita.

TAMU 
Oo..ini baru kejutan ! Nyonya ingin saya bicara dengan bahasa yang bagaimana dengan
nyonya? Bahasa prancis mungkin ? Baik

(Dengan Lagak Yang Sangat Diformal-Formalkan)
madame, je vous prie ..(madam, sye vu pri)

saya begitu bahagia bahwa nyonya tidak akan membayar saya… aaah, maafkan saya yang
telah mengganggu nyonya ! alangkah cerah udara pada hari ini ! Pakaian berkabung yang
nyonya kenakan itu sangat cocok dan pantas untuk nyonya !

(MEMBUNGKUKKAN BADAN, MENGHENTAKKAN TUMIT KE LANTAI)

YULI 
Itu kasar, tolol, sama sekali tidak lucu. !

TAMU  (Menirukan)
itu kasar tolol, sama sekali tidak lucu. Aku tidak tahu bagaimana menghadapi wanita, katanya, dengar ! Aku banyak sekali mengenal wanita dengan segala lekuk liku mereka. Banyak sekali. Lebih banyak dari burung gereja yang nyonya lihat sepanjang hidup. Sudah tiga kali Aku berduel senjata gara-gara perempuan, dua belas wanita aku tolak cintanya, dan cuma sembilan orang yang menampik saya. Aku pernah tolol dan konyol, sentimentil menghadapi wanita. merayu-rayu, melimpahkan sanjungan, membungkuk-bungkuk, merangkak-rangkak, melata-lata, Aku pernah tulus bercinta, menderita duka lara, berkeluh kesah pada rembulan, Aku pernah bercinta dengan penuh gairah asmara, dengan cinta birahi yang menggila.

Aku pernah juga berkicau seperti kutilang, berbusa-busa ngomong tentang emansipasi wanita. Dan separuh hartaku kuhabiskan untuk memanjakan emosi-emosi kemesraanku. Tapi
sekarang ? Ohoo ! Terima kasih !! Jangan harap nyonya bisa menjerat saya. Pengalaman
pahit sudah cukup. Bola mata yang hitam berbinar, mata yang sayu memendam birahi, bibir
merah membasah, lesung pipit di pipi, cahaya purnama, bisik-bisik mesra, helaan nafas yang
memberat…alaah..! sialan ! dengar nyonya, seratus perak pun tidak saya kasih untuk
membayar semua itu !!!

(Mencegah Yulina Yang Tampak Hendak Memotong Pembicaraannya)

Nanti dulu. Jangan salah tangkap. Yang Aku maksudkan bukanlah wanita yang ada
dimukaku ini, tetapi semua wanita ! Semua ! Yang muda, yang tua, semua sama saja, semua
licik, semua munafik, penipu paling tengik ! Walaupun, maaf, biasanya ininya

(Menampar Dahinya Sendiri)

payah. Tumpul, tidak bisa logis. Memang mereka mahluk puitis, melihat luarnya saja, laki-laki pasti terpana, gandrung, ngebet, aduuh alangkah haluus, muluus…kuduus bagaikan dewi suci. Tapi coba saja, intiplah pikiran dan hatinya. Apa yang kelihatan ? Ha ? Apa nyonya ? Buaya ! Buaya busuk itu juga !

(Yulina Yang Penasaran Mau Menyela Lagi)

Nanti dulu! saya belum selesai, dan yang paling memuakkan, buaya ini merasa bahwa dialah
mahluk yang memonopoli penghayatan akan cinta dan kemesraan. Aaassem !! Coba nyonya,
nyonya boleh menggantung saya dengan kepala di bawah – nah, di paku itu –

(Menunjuk Ke Dinding)

0 komentar:

Posting Komentar

Watermelon

About Me

Foto Saya
Siti Hardianti Handayani
Lihat profil lengkapku

KAMU YANG KE -

clock

Blog Archive

Followers